enjoy ◠◡◠
BUKAN HILANG
"Bukan, bukan pak Nunung yang menghukum satu kelas dengan hukumannya yang tak wajar yang akan menjadi topik utama mading kali ini. Bukan kemurkaan pak Raden yang mewabah di Senin pagi. Bukan juga keadaan SMA Pramuka yang semakin gersang ini. Melainkan hilangnya dua murid kelas X secara misterius yang akan menjadi topik utama mading kita minggu ini." Ujar Deva dengan bersemangat kepada 5 orang anggota mading lainnya di basecamp mereka. "Tapi murid yang hilang itu kabarnya kan berlibur ke Bali?" potong Kiki.
"Karena itu, mereka sama sekali tidak memiliki dana. Setelah kuwawancarai beberapa teman terdekat mereka, teman-teman mereka mengakatakan bahwa Andrew dan Gracia bahkan tidak pergi ke bioskop sekalipun dalam minggu ini karena kehabisan uang jajan." jawab Deva. Keempat anggota mading lainnya yang sedang duduk di karpet yang bercorak lambang MU mengangguk membenarkan.
"Baiklah, kurasa kita semua telah setuju untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai hilangnya dua orang teman kita ini. Sekian rapat kita, pulang sekolah kita mulai penyelidikan, silahkan kembali ke kelas masing-masing." Deva menutup rapat mading hari itu.
Sorenya, Deva sang ketua mading mulai mewawancarai kantin sekolah yang menurut informasi, temoat terakhir Andrew dan Gracia terlihat di sekolah. Dia mulai dengan mewawancarai pak Tarno, sang penjaga koperasi siswa.
Nmaun pak Tarno tidak bisa memberikan informasi tentang hilangnya Gracia dan Andrew karena dia jatuh sakit dan menutup kopsis lebih awal di hari mereka hilang.
Kecewa, Deva lalu berjalan gontai ke kantin mbok Iyem. Di jalan ia mengeluh "Mana Resti? Tadi dia berjanji akan melakukan wawancara bersama-sama."
Sesampainya Deva di kantin mbok Iyem, ia mulai mewawancarai bkok Iyem. Tapi ujung ujung nya jadi curhat -mbok Iyem curhat tentang semakin mahalnya harga daging belakangan ini- harganya naik hampir setengah dari harga semula. Mbok Iyem bukannya untung, malahan rugi dari hasil penjualan baksonya di SMA pramuka ini dan bla bla bla
Kecewa, Deva melangkah meninggalkan kantin bakso mbok Iyem yang tampangnya seakan mengatakan bahwa ia akan terus bercerita sampai harga daging diturunkan. "Bukannya info yang ku dapat, melainkan curhatan mbok Iyem tentang daging dan segala macam tetek bengeknya. Mana mungkin ini dimasukkan ke dalam mading? tottaly OOT!" keluh gadis pencinta harajuku style ini.
"Mungkin sebaiknya aku menyelidiki sendiri sendiri gedung sekolah ini. Bukan hanya mewawancarai orang-orang di dalamnya."
Deva melangkahkan kakinya ke gedung-gedung sekolahnya yang cukup luas. Dia mulai pencariannya dengan memeriksa kebun belakang sekolahnya. Ia hanya menemukan tumpukan sampah makanan dan beberapa puntung rokok yang sudah basah. " Huh! Kalau merokok di belakang sekolah sih sudah menjadi rahasia umum. Tapi kalau memakai obat terlarang di belakang sekolah....lain lagi ceritanya!" Pikiran Deva melayang luas.
Selanjutnya ia melangkah ke gudang di dekat kantin. gudang itu lama tak dipakai dan keadaannya terbengkalai. Biasanya gudang itu terkunci erat dengan gembok gembok yang besar yang dikaitkan pada kayu penahan pintunya. Anehnya, kali ini gemboknya terbuka. Penasaran, Deva masuk ke dalam gudang yang cukup luas dan memiliki ruang bawah tanah itu.
Gudang itu berbau tidak sedap dan berkesan lembab -layaknya gedung gedung tua dan terbengkalai lainnya- . Dengan bantuan cahaya HP seadanya, ia memberanikan dirinya memasuki gudang itu. Deva menemukan suatu keanehan, saat ia melangkahkan kakinya lebih dalam memasuki gudang lembab itu, ia melihat cahaya redup yang berasal dari ruang bawah tanah.
Bau menusuk semakin menjadi-jadi membuat Deva semakin penasaran. Dia terus berjalan menuruni tangga menjuju ruang bawah tanah. Sesampainya ia di ruang bawah tanah itu, Deva melihat sebuah mesin gilingan daging yang masih berlumuran daran. Disamping gilingan daging, ia melihat seragam persis dengan seragam khusus sekolahnya juga berlumuran darah. Kaget dan heran ia mendekati seragam itu dan membaca nama yang tertera di seragam "Gracia Putri"
ketakutan dan berkeringat dingin, dan tidak mempercayai apa yang dilihatnya, Deva melangkahkan kakinya menaiki tangga ruang bawah tanah. Namun tiba-tiba ia merasakan pukulan benda tajam di kepalanya dan ia tidak bisa melihat apa-apa lagi.
.................................................................................................................................................................
2 komentar:
mana lanjutannya?
Emang segitu ceritanya om.
Jadi lanjutannya sesuai imaginasi pembaca
*american style gitu*
:p
Posting Komentar